Ketulusanmu menguliti egoisku
Mencecapkan diri diantara kilau binar matamu
Engkau terdiam, tertunduk tanpa berontak
Ketika luapan emosi menyapa diri diantara bentangan cinta
Engkau terus dan terus mengabdi tiada henti
Meski kadang aku menampakkan sejuta kealpaan diri
Engkau tetap memujiku sebagai seorang lelaki
Dan selalu bercanda ketika aku memaki diri
Sabetan senyum, kilatan kedip matamu;
Meredam keangkuhan yang tersuak diantara palung kalbu
Engkau terus bernyanyi riang diantara riak-riak gelombang
Dan berdansa diantara kitaran-kitaran burung camar
Sayapmu membentang, mengajakku terbang
Menukik diantara rerimbunan tulusmu
Mengajariku tentang indahnya kesabaran yang kau rajut
Lalu menyuguhkan kepadaku secawan kesetiaanmu
Lalu aku hanya bisa berbisik merdu ditelingamu
Terima kasih bidadariku,
Engkau telah membopongku
dari kerobohan jiwaku
Mencecapkan diri diantara kilau binar matamu
Engkau terdiam, tertunduk tanpa berontak
Ketika luapan emosi menyapa diri diantara bentangan cinta
Engkau terus dan terus mengabdi tiada henti
Meski kadang aku menampakkan sejuta kealpaan diri
Engkau tetap memujiku sebagai seorang lelaki
Dan selalu bercanda ketika aku memaki diri
Sabetan senyum, kilatan kedip matamu;
Meredam keangkuhan yang tersuak diantara palung kalbu
Engkau terus bernyanyi riang diantara riak-riak gelombang
Dan berdansa diantara kitaran-kitaran burung camar
Sayapmu membentang, mengajakku terbang
Menukik diantara rerimbunan tulusmu
Mengajariku tentang indahnya kesabaran yang kau rajut
Lalu menyuguhkan kepadaku secawan kesetiaanmu
Lalu aku hanya bisa berbisik merdu ditelingamu
Terima kasih bidadariku,
Engkau telah membopongku
dari kerobohan jiwaku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar